Kenapa hanya motor yang tidak boleh lewat Sudirman Thamrin?

pembatasan motor sudirman thamrin

Saya coba mengira-ngira kenapa juga si motor yang tidak boleh lewat ruas jalan Sudirman Thamrin, apakah salah motor ya? Padahal jalan Sudirman Thamrin sudah diberi pembatas jalur cepat dan jalur lambat, dimana jalur cepat hanya bisa dilewati kendaraan roda empat, ya nyatanya saat ini pun di jalur cepat dan lambat sama saja, sama-sama stuck.

Saya coba berkepala dingin untuk mencari-cari apa salahnya roda dua, sehingga apa-apa yang jadi kambing hitam ya para pemotor lah. Seolah seluruh kehidupan bisa menjadi bahagia dan indah kalau tidak ada motor di muka bumi ini.

Salah 1
Motor berikut pemotornya adalah dekil, berpenampilan kusam, mengganggu pemandangan.
By nature, dari sananya motor itu dekil, pengendaranya karena terus-terusan contact dengan outdoor tentu jadi dekil juga, jaketnya pun juga dekil karena jarang dicuci. Warna-warna pilihan para pemotor di Jakarta juga dominan warna hitam, atau warna apapun lainnya pun baru sebentar menajdi ke abu-abuan. Sebagaian mesin motor pun juga diluar, itu juga mengganggu pemandangan.

Note: Kecuali pe Vespa modern yang selalu tampak keren, stylish

pembatasan motor sudirman thamrin

Salah 2
Sudah secara fisik jelek, bandel pula
Ya iya, coba lihat di lampu merah, yang naik jalur busway, yang naik bertiga, berempat, nggak pakai helm, lawan arah dan sebagai-bagainya. Pelanggaran pemotor dan pemobil ya harus diakui jauh dilakukan oleh para pemotor. Dengan sendirinya tingkat kecelakaan sampai fatal para pemotor pun jauh melampaui pemobil. Termasuk di dalam kebandelan adalah kebiasaan para pemotor untuk memakan trotoar yang sebetulnya adalah hak pejalan kaki. Kalau tanya para pelaku penyikat trotoar jalur pedestrian, jawabannya enteng saja, macet om, lagi buru-buru. Sehingga sekarang ini kalau pagi-pagi per 100 meter sepanjang Sudirman dari fX itu harus di tongkrongin oleh pegawai dari Dishub yang kerjasama dengan Polisi, meleng sedikit, si pemotor naik!

Tapi sebetulnya kalau mau fair pun roda empat juga salahnya bertumpuk, bisa jadi kita tidak pernah lihat mobil yang naik trotoar karena mobil memang tidak memungkinkan untuk itu.

pembatasan motor sudirman thamrin

Salah 3
Orang kecil
Para pemotor cenderung dianggap sebagai orang kecil yang baik hati, kalau orang kecil ditekan tidak akan bisa apa-apa, entah pasrah atau memang tidak berdaya. Mau protes pun, ujung-ujungnya memangnya bisa apa? Percayalah kalau saya sudah pernah coba untuk menggagalkan ditutupnya sebagian ruas Thamrin setelah GI, waktu itu pun lucu sekali, selesai uji coba, tanpa hasil yang jelas dan sebetulnya saya anggap uji cobanya gagal, nyatanya tetap saja larangannya jalan juga dan berjalan sampai sekarang.

Maksud saya motor di tekan dan disudutkan karena memang bisa disudutkan. Coba gubernur bisa berani menghilangkan mobil sepanjang Sudirman Thamrin, itu baru saya kasih salam super! Pastinya jalanan jadi kosong! Uji coba saya yakini 100% berhasil! Tapi yang akan protes nanti boss boss dong?

Salah 4
Para peroda dua juga adalah golongan yang dianggap bisa di setir untuk dipaksa ber transportasi umum, atau busway. Coba kalau biasa bermobil apalagi di supirin kemudian disuruh naik busway, apa mau naik jembatannya, menunggu bis dan setelah itu desak-desakan di dalam busway yang kadang terjadi pencampuran bau-bau? Kalau para pemotor sudah biasa berkendara menembus bau segala rupa. Mau sikut-sikutan, adu badan ya memang itu bawaannya motor lah. Para pemotor dianggap lebih kompeten untuk naik bis kota.

O iya, tulisan ini adalah tulisan opini pribadi yang tidak mereflect opini mas Endrik yak.

Pesan saya sih, para pemotor JANGAN PASRAH!
Mesti kompak bersama dan para biker harus satu suara untuk menolak larangan ini, semoga tidak benar-benar kejadian lah! (Saranto)

13 Komentar

  1. pantesan tulisannya berasa kenal, agak2 nyinyir gimana gtu, ternyata tulisan om saranto ya.

    “Note: Kecuali pe Vespa modern yang selalu tampak keren, stylish”
    pembenaran pribadi nih……

  2. Jakarte khusus orang kaya boss,yg kere diharap menyembunyikan kedekilannya didlm bus spy gak keliatan di jalan, gitu kali yee inti tulisannya…

  3. harusnya tuh beli motor atau mobil tidak boleh kredit
    jaman sekarang modal 500ribu udah bawa motor baru, gmn ngga macet tuh jalan

  4. Kebijakan dibuat berdasarkan data dan pengamatan visual, kebetulan Gubernurnya punya pengalaman jelek sama pengendara motor plus datanya jumlah kecelakaan fatal di jakarta terbanyak dialami motor, juga karena niru kebijakan kota lain di Asia makanya keluar kebijakan larang motor….saya sih malah lebih setuju semua jalur di Sudirman-Thamrin jadi pedestrian kasih bangku2 dan taman sisakan sedikit hanya untuk Trans J dan Subway…..

  5. Kembali lagi markir motor di parkiran kemendikbud samping fx, trus jalan kaki ke Bapindo ..
    Entah skarang apa bayarnya msi 5000 perak apa ud naik ..

  6. Betul, pasrah tanda putus asa jangan mau di giniin mulu. Kalau lebih jauh lagi bisa-bisa satu jakarta ga boleh pemotor. Gubernur sekarang nekat, kalo ga balik ngepush malah di push mulu.
    Opini yang hebat om 🙂

  7. ikut nimbrung bro…alhamdulillah sih ya, sy sdh pindah dari jakarta…. jadi ga perlu berpusing2 ria karena macet2an ^_^’ (paling ga jalanan dicibinong sini kaga sekejam jalanan ibukota) & sy jg turut berduka mendengar berita mengenai wacana pelarangan spd motor tsb.

    persoalan klasik, pelarangan ga dibarengi transportasi umum yg “bagus” selama hal2 dasar tsb blm terpenuhi kaga bakal orang mau pindah ke transport umum cuma2 hhh…

    kalo saran sy buat para pengendara motor, karena saya jg pengendara, ya harus banyak berdoa smoga pemimpin yg skrg cepet lengser hhh, sapa tau pemimpin selanjutnya bisa lebih bijak mengatasi persoalan kemacetan ini ^_^ amiin… sing sabar yo bro 😉 suwun.

    • Btw, topik larangan motor ini memang saya juga tidak habis pikir.
      Mungkin memang karena ke depannya, pemda akan menerapkan ERP, dan hasil hitung2annya tidak menguntungkan kalau motor dimasukkan.

      Yang saya juga bingung, jalur lambat ataupun yang tanpa pemisah bagi motor, selalu tidak dinyamankan. Disekelompokkan bersama bus-bus, angkot, dan mobil yang “dengan nyamannya” parkir di jalan.

      Terlepas dari itu, saya juga setuju penyebutan orang kecil. Lucunya, tiap jalan macet atau perempatan, lupa diri sebagai orang kecil dan terobsesi menjadi yang terdepan. Ngamuk kalo kita kekeuh di belakang garis batas, tapi pas lengang malah asoy pelan-pelan.

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*