Halo Biker, sudah lama Elang gak nulis pesan-pesan keselamatan, kali ini coba mengangkat sebuah case bagaimana bila seorang Instruktur Safety Riding yang kesehariannya mengajarkan teknik berkendara yang benar dan selalu menyampaikan pesan-pesan keselamatan berkendara juga pada akhirnya bisa terlibat sebuah kecelakaan, pertanyaan yang langsung muncul adalah apa yang salah? what’s wrong?
Memang kecelakaan bisa mengintai siapapun dan dimanapun. Kenapa Elang tertarik mencoba bahas ini, karena ini untuk dijadikan gambaran bahwa yang mengerti bahaya di jalanan saja bisa mengalami atau terlibat sebuah kecelakaan karena satu hal, apalagi dengan orang yang cuek dengan prilaku aman berkendara? Orang yang tau teknik berkendara aman pun bisa celaka hanya karena satu hal. Nah ‘satu hal’ ini akan Elang jelaskan lebih lanjut di bagian akhir.
Kita sama-sama tau seorang instruktur safety riding sudah pasti paham betul bagaimana teknik berkendara yang benar, bagaimana prilaku yang aman, dan seterusnya. Bukan berarti ketika ada yang sampai terlibat kecelakaan itu dikarenakan dia kurang menjiwai dunianya, bukan itu. Buat mengingat kembali faktor penyebab kecelakaan itu ada tiga, yakni dari sisi manusianya sendiri, kendaraan dan lingkungan.
Mungkin pembaca sudah sedikit mengerti bahwa untuk antisipasi atau terhindar dari sebuah kecelakaan, selain perlunya safety riding juga perlunya sikap antisipasi atau defensive riding selama berkendara.
Tau gak sobat ketika terjadi sebuah kecelakaan melibatkan dua kendaraan, siapa yang patut dipersalahkan? Sampai saat ini Elang mengamini bahwa sesungguhnya ketika terjadi kecelakaan, masing-masing pihak punya porsi kesalahan masing-masing, baik pelaku penyebab yang berkendara secara agresif maupun korban yang kurang melakukan upaya antisipasi dengan kondisi sekitar. Lain cerita kalau dibegal itu sudah bukan kesalahan melainkan musibah, jadi sesungguhnya kecelakaan itu bisa diantisipasi.
Kembali lagi soal Instruktur sampai terlibat kecelakaan, kira-kira apa yang salah. Mudahnya adalah karena kurangnya fokus atau konsentrasi. Karena percuma tau banyak hal tentang pakem-pakem aman berkendara dan teknik berkendara yang benar tapi ketika pikiran lagi kacau atau sedang punya masalah, boro-boro inget untuk selalu aman berkendara yang ada malah kekacauan dalam berkendara. Kondisi ini juga sama ketika fisik dilanda keletihan atau kurang fit namun dipaksakan berkendara, wis sudah masuk zona merah memicu terjadinya masalah/kecelakaan.
Intinya kekuatan berkendara ada di pikiran, dan nampaknya gak hanya dalam aktivitas riding, semua aktivitas membutuhkan konsentrasi pikiran untuk sukses. Dan harus menyadari bahwa aktivitas berkendara khususnya bermotor adalah sebuah aktivitas full time job penuh konsentrasi, bukan pekerjaan sambilan yang bisa dibarengi aktivitas lain.
So dari sini Elang kembali menekankan mau orang awam kah, mau seorang instruktur yang banyak tau kah, semuanya akan bisa terlibat kecelakaan jika pikiran kurang fokus dan konsentrasi. Jadi sudah gak heran lagi kan kalau pernah mendengar atau melihat seorang Instruktur Safety Riding terlibat kecelakaan? Pikirannya lagi kacau bin galau itu pasti.
Baca juga sob…
[display-posts tag=”defensive-riding” post_per_page=”5″]
jangan galau kalau gitu ya,pak struktur 😆
Memang kang, kita ga pernah tau apa yang bakal terjadi sama kita, walhasil kita hanya bisa berdoa, berusaha dan pasrah, Klo memang sudah terjadi, sudah kecelakaan, ya memang sudah takdir, terlepas seperti TS sampaikan, tidak fokus, bengong, tdk aware dll. Tapi yakinlah, pasti ada hikmah dan pelajaran yang bisa di ambil.
… Cuma mungkin yang buat sakit hati tuh kalau kita sudah mencoba berkendara se safety mungkin, tapi ada pengendara lain yang naik motor (terutama) dan mobil (jarang kec. Sopir angkot) seenak jidatnya, main belok, nyalip dll… (Istilahnya apes lah) ya biasanya nih di jam-jam sibuk, entah kenapa banyak pengendara motor (terutama) dan mobil yang tiba-tiba gila.
… Jadi ya sering-sering lah (ngarepnya sih) ada penyuluhan safety riding baik dari pulisi maupun produsen. Suwun kang, sukses!
Bisa jadi karena ajarannya nggak safe.
mau sejago apapun orangnya tetap ada kasus dimana ia salah memprediksi daya lekat jalan. Ini sebabnya mengapa ajaran mendahulukan rem depan itu berbahaya. Ajarannya aneh, disuruh latihan di jalan sepi sampai bisa tahu seberapa kuat pakai rem depan agar bisa tidak ngelock tapi berhenti cepat.
Apa nggak sadar bahwa latihan yang seperti itu akan bikin jatuh kalau kondisi jalan lebih licin dari lokasi latihan?
https://kupasmotor.wordpress.com/2016/11/17/safety-riding-mengerem-mendadak-mendahulukan-rem-depan-itu-sangat-berbahaya-ngerem-tidak-bisa-pakai-angka-rasio/
Salam bang Elang…
Boleh saya memberi masukkan ? Kalau saya agak kurang setuju dengan pernyataan bang Elang bilang porsi kesalahan dari ke-2 belah pihak (masing2 pihak)… Contoh saja: kalau kecelakaan terjadi saat 1 kendaraan dalam kondisi terparkir, mesin diam dan parkir ditempat dan posisi yg benar, atau saat 1 kendaraan berada di jalur yg benar dan ada kendaraan menyebrang dengan kecepatan tinggi memotong pembatas jalan dan menabraknya, apakah bisa di bilang salah kedua belah pihak ? Mungkin kesalahan2 itu bisa dikategorikan. Demikian masukan dari saya… salam satu aspal
salam balik kang 🙂
untuk case yang kang Dharta sampaikan itu sudah masuk wilayah takdir 🙂 defaultnya kebanyakan kecelakaan 2 objek yang bergerak memang masing-masing pihak ada porsi kesalahan/kelalaian, maka wajib bagi kita pengguna jalan saat sudah bergerak masuk ke jalan berkendara penuh dengan antisipasi dan fokus..