Halo Biker, sudah sejak Juli 2015 lalu para pengendara ojek online, sebut saja Go-Jek sudah mendapatkan pelatihan safety riding dari perusahaannya. Kebetulan Elang yang terlibat langsung kedalam aktivitas pelatihan ini merasa perlu mereview ala anak jalanan gimana sih gambaran mereka yang sudah mendapatkan pelatihan ketika turun langsung ke jalan?
Review ini adalah subjektif berdasarkan apa yang Elang observasi/lihat langsung di jalanan ibukota, kebetulan Elang juga sering wara-wiri di jalanan Jakarta, dan artikel ini secara khusus Elang tujukan buat rekan-rekan Go-Jek semoga bisa menjadi bahan koreksi sekaligus renungan untuk lebih baik lagi.
Beberapa hal yang Elang kumpulkan menjadi beberapa poin, silahkan disimak.
- Dari 1.000 Go-Jek hanya 1 yang terlihat jari tidak standby di rem depan. Statemen angka 1.000 ini bukanlah real Elang menghitungnya sendiri, tapi kiasan seolah-olah sangat sulit menemukan rekan gojek yang sadar akan bahaya yang satu ini. Padahal di kelas maupun di lapangan training sering kali diulang-ulang pesan yang satu ini oleh Instruktur, bahwa jari standby di rem depan punya potensi bahaya yang cukup besar, yakni bahaya reflek ketika mendapati kondisi tiba-tiba disebabkan pandangan kurang jauh ke depan.
- Masih banyak dan dominan pengendara ojek online yang Elang dapati bergerak sambil main hp. Orang awam pun tau berponsel sambil berkendara itu bahaya, tapi kenapa rekan gojek yang sudah diberikan edukasi dan mengerti malah seperti mengabaikan dan berani mengambil resiko? Sebagai pekerja bisnis transportasi Elang sebetulnya memahami akan kebutuhan handphone sebagai penunjang utama, tapi bukan berarti tidak ada solusi untuk meminimalisir bahaya ini. Boleh pasang holder, tapi mesti bijak kapan menggunakannya. Ketika cari order bolehlah hp standby taruh di holder, ketika ada order masuk, pastikan prosedur pertama yang anda lakukan adalah cek spion dan menoleh sekilas untuk melipir berhenti ke pinggir jalan sehingga lebih aman untuk ngebid. Kalau sudah dapat customer gak perlu lagi hp ditaruh di holder, lebih aman simpan ke dalam jaket. Yang aneh sering Elang lihat justru sudah membawa penumpang tapi tangan kiri masih asyik memainkan hp, entah cari peta alamat atau karena apa, sungguh aktivitas yang berbahaya.
- Masih banyak pengendara ojek online yang pake helm asal nemplok di kepala, tali helm belum diklik tapi terlihat begitu enjoy berkendara dengan kondisi seperti itu. Boro-boro mengingatkan penumpang untuk mengklik tali helmnya, lah dia sendiri belum punya kesadaran akan bahayanya. Padahal di sesi training hal-hal tentang pentingnya pemakaian helm yang benar sering diulang-ulang di lapangan.
Pemandangan lain yang Elang temukan, ternyata masih ada sebagian oknum go-jek yang enjoy berseliweran di jalanan tanpa mengenakan helm, helmnya malah nyantol di tebeng motor bergelayutan, sungguh tipikal mitra gojek yang gak punya rasa empati ke perusahaan, apa gak sadar dengan berprilaku seperti itu bisa merusak nama baik perusahaan? Rusak satu rusak semua, begitu kira-kira kesadaran yang harus tertanam di pola pikir masing-masing ojek online. Berkendaralah santun dan tertib menjadi contoh, karena sadar tidak sadar anda sedang membawa citra perusahaan ke jalan raya. - Masih banyak pengendara ojek online yang narik hanya bermodal sendal jepit, kebiasaan lama yang nampaknya mereka susah untuk move on, alasannya mungkin klasik mereka gak betah dengan panas kaki ketika bersepatu. Padahal di training sudah disampaikan betapa mahal dan berharganya mata kakimu. Sekali mata kaki mengalami cedera luka, akan lama sembuhnya. Sepatu yang baik untuk riding adalah yang menutupi mata kaki, mata kaki adalah aset, apa harus menunggu tragedi pincang atau malah lebih ngilunya lagi harus berjalan ditopang kruk tongkat untuk hanya sekedar bisa berjalan kaki?
Setidaknya 4 hal itu yang Elang coba review dulu, btw itu kok masih banyak yang salahnya ketimbang contoh baiknya mas Elang? Contoh baik pasti ada, sikap sopan ke customer, nyaman cara bawa motornya, tepat waktu penjemputan, dll pasti ada, hanya saja sulit untuk dinilai kasat mata, hanya driver dan customer yang tau kualitas perjalanannya.
Selain itu kenapa masih banyaknya yang belum sesuai dengan tujuan training, dimaklumi saja, dari segi jumlah kalau gak salah total driver gojek se-Jabodetabek saja mencapai 150 ribuan, sementara yang baru mendapatkan pelatihan safety riding saat ini baru 40.000 go-jek, nah masih 1/3 nya.
Namun tetap walaupun setiap driver dilatih sehari semalaman suntuk gak akan mungkin langsung bisa merubah mindset dalam 1 hari bagaimana berkendara yang aman dan bertanggung jawab. Harus dilatih setiap hari untuk membiasakan. Karenanya para Instruktur selalu menyampaikan pesan di setiap sesi penutupan kepada peserta; Hari ini rekan-rekan Go-jek bukanlah training, hari ini hanya penyampaian referensi-referensi bagaimana sikap dan teknik berkendara yang benar, terus trainingnya kapan? Trainingnya adalah selepas anda pulang dari sini, disitulah anda terus mempraktikkan apa yang telah diajarkan hari ini. Sebuah keadaan bisa berubah karena kebiasaan, bisa karena biasa.
Last tulisan ini walau tertuju untuk ojek online Go-Jek, namun terbuka untuk menjadi bahan koreksi dan renungan sikap berkendara yang aman, selamat dan nyaman bagi semua pelaku ojek online dan pengguna jalan raya umumnya. Semoga bermanfaat.
Kaya kenal foto yg terakhir
ane malah belum kenalan, sapa Ri 😀
Gimana kalo dibuat standard greeting, trus kayak flight attendant di pesawat sbelum terbang .. Wajib ksi salam n instruksi pakai helm dll ..
mantap om semoga bias semakin rapih dan makin sadar kedepannya para driver itu
anyway, tadi naik gojek terus saya Tanya ikuta safety riding enggak? ikut mas sekarang dah wajib, oh berarti kenal mas endrik ya instrukturnya? oh iya tau mas saya
menurut dia memang sangat berguna pelatihan safety riding dan harusnya kepolisian mewajibkan yang mau ambil sim harus ikut
keep on going mas untuk meningkatkan keselamatan berkendara, two thumbs up
http://andarupratomo.blogspot.co.id/2016/05/hati-hati-dengan-ojek-online-safety.html
masalah kedisiplinan sih mash kurang, sama aja dgn driver umum
“Dari 1.000 Go-Jek hanya 1 yang terlihat jari tidak standby di rem depan. Statemen angka 1.000 ini bukanlah real Elang menghitungnya sendiri, tapi kiasan seolah-olah sangat sulit menemukan rekan gojek yang sadar akan bahaya yang satu ini. Padahal di kelas maupun di lapangan training sering kali diulang-ulang pesan yang satu ini oleh Instruktur, bahwa jari standby di rem depan punya potensi bahaya yang cukup besar, yakni bahaya reflek ketika mendapati kondisi tiba-tiba disebabkan pandangan kurang jauh ke depan.”
Kok yakin sekali itu berbahaya? Memang sudah pernah melakukan simulasi? simulasinya jangan dimanipulasi ya.
https://kupasmotor.wordpress.com/2017/01/20/walau-instruktur-safety-riding-melarang-kenyataannya-kebiasaan-meletakkan-jari-di-rem-itu-justru-lebih-aman/
wah mas sucahyo ini dari awal komen di blog saya perhatikan kok penuh dengan semangat debat terus ya, saya termasuk yang gak doyan debat mas, gak ada untungnya, lebih baik terus menulis hal-hal yang bermanfaat, masalah perbedaan referensi gak usah dibesar-besarkan, mau terima monggo gak terima ya silahkan kembali ke diri masing-masing
saya tegaskan untuk tidak mengulangi komen-komen seperti ini lagi, gak kondusif bagi pembaca untuk menyerap ilmu nanti mas.
suwun sebelumnya