Saat ini di Jakarta sedang dilakukan perpanjangan uji coba penghapusan three in one di sepanjang Sudirman – Thamrin dari 14 April hingga 14 Mei 2016. Ini karena uji coba sebelumnya yang dilakukan selama seminggu dari 5-8 April dan 11-13 April diangap gagal (http://news.liputan6.com/read/2483422/alasan-uji-coba-jakarta-tanpa-3-in-1-diperpanjang-1-bulan). Selama uji coba 1 minggu, lalu lintas mengalami peningkatan kemacetan sebesar 24%, tingkat kemacetan paling parah sampai mencapai 65% di sepanjang Sudirman- Thamrin. Ada teman yang cerita kalau sebelumnya jalan dari Thamrin ke Sudirman 30 menit, setelah penghapusan, lama perjalanan jadi 2 jam, betul-betul signifikan bedanya.
Uji cobanya gagal, atau istilahnya dianggap belum berhasil, alasannya karena para penduduk belum menemukan cara transportasi yang lebih baik, perlu tambahan waktu. Jadi penduduk diberikan kesempatan untuk berpikir dan coba-coba dulu sampai 1 bulan. Tapi sekarang pun, ketika belum selesai uji coba tiba-tiba ada ide lain lagi yang muncul, bagaimana kalau roda dua dihilangkan saja? Mungkin kalau tidak ada yang protes keras, pada awal Mei betul-betul roda dua akan hilang sepanjang Sudirman-Thamrin! (http://news.liputan6.com/read/2486199/pelarangan-motor-di-sudirman-thamrin-berlaku-awal-mei-2016).
Sepenglihatan saya, penghilangan roda dua tidak akan efek ke soal kemacetan roda empat, karena sifatnya roda dua yang cair. Penghapusan roda dua di sebagian jalan Thamrin sebelumnya pun tidak begitu efek ke jalan itu, karena lalu lintas di sebagian ruas tersebut pun sudah lengang. Efeknya mungkin ke trotoar, yang tadinya sering di sikat para pemotor, nanti mungkin jadi sterile dari roda dua. Paling tidak akan aman bagi pejalan kaki untuk jalan di trotoar.
Untuk Bapak Gubernur uji coba ini terlalu berani, saat ini sebetulnya dia harusnya cari dukungan bukannya cari musuh. Yang naik motor sepanjang Sudirman – Thamrin tentu banyak yang ber KTP Jakarta, calon pemilih, dia bakal kehilangan dukungan besar.
Bagi para peroda dua, saya sarankan mulai dari sekarang untuk mencoba cari jalan-jalan alternative, atur waktu, atau mencoba moda angkutan lainnya. Bagaimana kalau naik motor sampai Blok M, kemudian lanjut naik busway? Ya lagi-lagi itu urusan masing-masing penduduk untuk cari sendiri…
Yah mau bagaimana lagi? Protes pun percumah ya? Pasrah saja lah. (Saranto)
Masalahnya akses ke gedung kantor saya cuma dri jln Sudirman aja ..gedung yg lain di sekitarnya motor msuk lewat belakang ..
Yaa biaya lagi sih jadinya ..
Nanya temen yg pada bawa mobil juga pada mending bayar ERP biar mahal yg penting aman n nyaman dripada naik angkutan umum
Ga bakal selesai ini
Wah dimana
Eh… maksudnya kantornya dimana?
Saya di Bapindo, juga nggak ada pintu selain yang ke Sudirman, gedung lain punya pintu belakang ke SCBD.
Sekaligus menambahkan…
Untuk jalur cepat Sudirman – Thamrin sudah lama tidak boleh dilintasi oleh roda dua dan nyatanya tetap saja macet.
Saya citi Bapindo pak ..
Waah pak arantan dbapindo juga toh, bsa kopdar nih ..
Yg sya liat kayak bej, niaga n sekitarnya punya parkiran motor yg lewat blakang ..
Perbandingan aja . klo make mobil pulang jam stgh 6 bru smpe jam 8 malem, klo motor pas adzan Maghrib sampai ..tujuan ke tnh abang, itu pas msh ada 3 in 1 yaa, skarang jgn harap, keluar parkiran aja antri panjang ..
kocaknyaa malah temen saya di stop 3 in 1 slalu bebas kalo tiap pagi jalan kerja .. Cuma bilang mau ke Bapindo n unjukin kartu karyawan
terlalu banyak alasan untuk tidak naik angkutan umum
– rawan kejahatan
– ngantri nya minta ampun
– tidak ada kantong parkir
– lebih boros
kalau satu-pesatu alasan dihilangkan mungkin akan banyak yang beralih.
hapus kemacetan dengan meniadakan rute roda dua di jalan protokol? sungguh naif..