Halo Biker, sobat sekalian di hari ketiga Road Trip to Dieng inilah saatnya menikmati dataran tinggi Dieng yang terkenal dinginnya gilak. Sebenarnya dari malamnya kami sudah merencanakan ingin menyaksikan sunrise di puncak Bukit Sikunir, tapi karena kondisi badan yang kurang nyenyak istirahat disebabkan suhu dingin yang super, alhasil rencana bubar.
Tidak mudah memang merealisasikan rencana indah melihat sunrise di Dieng, kudu perjuangan. Dimana kita harus siap bangun jam 4 atau malah jam 3 tutur si pemilik homestay. Untuk menuju puncak Bukit tidak mungkin kita bisa sendirian kesana, harus membawa seorang pemandu setempat, ya benar saja jam 4 menanjaki bukit yang terjal dalam kegelapan kalau sendirian ya nekat namanya. Benar saja ketika paginya sekitar jam 7 kami tiba di Sikunir dikala pengunjung lain pada turun kita baru mencoba menaiki bukit, wuedan dalam kondisi terang aja medannya lumayan berat begini, gimana kalau tadi Subuh waktu gelap ya.
Penanjakan di bukit Sikunir karena musim panas begini debu beterbangan ke atas mengikuti gerak pendaki, hm..wajib pakai masker. Kalau lagi musim hujan lebih susah lagi mas medan menjadi becek dan licin. Dalam hati syukur deh kita datang waktu di musim kering, rintangan debu masih bisalah ditepis dengan bantuan masker.
Tapi beruntung juga kami jadi turis sunrise kesiangan, begitu berhasil tiba di puncak Bukit Sikunir, kita tidak terganggu dengan banyaknya orang yang selfie-selfie disini, alamak ini ibarat bukit jadi milik kita berdua Zi 😀 Puncak Bukit hanya tersisa 3 orang pejualan yang sedang membersihkan sampah-sampah lapaknya, semua pengunjung sudah pada turun. Nampaknya kebersihan di kawasan bukit ini cukup dijaga oleh pengelola setempat, jadi tidak nampak oleh kami tumpukan sampah yang mengganggu pemandangan.
Dalam heningnya kesepian bro Fauzi mulai mengeluarkan alat perang fotogtraphernya, sementara Elang yang hanya bermodalkan kamera Xiaomi Note mencoba menangkap keindahan view Gunung Sindoro di sebelah menggunakan fitur HDR.
Dalam hening dan senyapnya hawa di puncak bukit, terdengar alunan lagu nasyid/sholawat yang berasal dari corong-corong toa masjid di bawah lembah sana. Srrrr…mendengar alunan nasyid/sholawat dari ketinggian bukit ini rasanya bener-bener syahdu, match banget dengan keindahan alam yang sedang dinikmati oleh kedua mata ini. Sebagai makhluk Allah wajib bersyukur bisa mendapatkan momen hening nan syahdu berada di ketinggian dataran tinggi ini.
Cukup lama kami berada di puncak bukit, tadinya Elang kira inilah puncak dari bukit ini, ternyata dari bocoran sang penjaja jualan yang terakhir pamit sebelum turun, memberi tahu bahwa masih ada yang lebih puncak lagi naik ke atas. Beuh..Fauzi yang tukang penasaran merayu Elang untuk explore lebih jauh ke puncak bukit Sikunir, Elang mau gak mau mengiyakan karena sudah kadung tanggung 🙂
Setelah berada di puncak yang satunya lagi, secara view masih bagusan yang di bawah tadi karena view ke bawah lembah agak terhalang dengan pepohonan. Namun tetap memandang ke sisi Gunung Sindoro terasa seolah-olah puncak Gunung Sindoro sudah hampir sama tingginya dengan kami disini.
Setelah cukup puas dan melihat waktu sudah semakin sempit kita putuskan untuk turun. Jujur seumur-umur baru inilah puncak bukit yang pernah Elang jajaki langsung sampai ke puncak, bukit-bukit lainnya selama ini hanya sebatas aspalnya saja kesentuh. Thanks Fauzi karena jiwa penasaran dan tukang explorenya, Elang jadi kecipratan bisa merasakan experience berdiri di atas Bukit Sikunir, sungguh pengalaman syahdu yang gak akan mudah dilupakan pagi itu.
Mantappp..
enaknya di dieng, biarpun jalan kaki mutar2 pake jaket tebal jg gak bakal ngerasa gerah 😀
Iya mau gerak olahraga kayak apapun gak bakal keringetan 🙂