Menyimak tren strategi ATPM akhir tahun 2011 ini yang mulai tampak menelurkan produk motor injeksinya, EYD mempunyai beberapa catatan yang mudah-mudahan bisa menjadi masukan bagi ATPM.
Pertama dari segi pemahaman konsumen itu sendiri, banyak konsumen yang tidak terlalu paham dan mau tau apa itu injeksi, karena memang bagi sebagian konsumen hanya tau cara mengendarai motor. Saat membeli motor di dealer, sales menyodorkan brosur (ambil contoh SupraX PGM-FI) menjelaskan panjang lebar kelebihan daripada injeksi, namun tetap konsumen berpaling ke tipe karburator karena melihat perbedaan harga yang lumayan (dulu selisihnya hampir 1 juta-an) plus mindset konsumen yang menilai injeksi adalah sulit untuk dirawat sendiri atau di bengkel-bengkel biasa.
Itu adalah gambaran awal cerita nasib Supra X 125 PGM-FI. Berbeda dengan cerita Vixion pada segmen sport begitu lahir dari awal langsung mengusung tipe injeksi dan tidak memberikan varian karburator. Vixion hadir dengan membawa differensiasi teknologi dengan menggunakan frame Deltabox serta sistem pengabutan injeksi. Di tahun pertama masyarakat tidak terlalu tau kalau Vixion ini menggunakan injeksi, yang orang tau hanyalah Vixion ini sporti abis, itu dikarenakan penggunaan Deltabox dan radiator.
Tahun pertama Vixion masih masa-masa penetrasi, namun sejak 2008 hingga kini penjualan Vixion mampu menyaingi bahkan mengalahkan Megapro lama dan Tiger hingga akhirnya Vixion mendapat julukan si Giant Killer.
Mengambil pelajaran dari 2 tipe motor injeksi di atas, maka agar injeksi ini mudah diterima konsumen tanah air, ATPM perlu menyodorkan sesuatu yang lain yang bisa menjual. Seperti diutarakan mas Tri, konsumen roda dua Indonesia tergolong ‘priyayi’ artinya konsumen yang sangat memperhatikan unsur desain motor, jeroan mesin/performa itu no. kesekian. Vixion sudah berhasil karena lebih faktor desain yang sporti sesesuai segmentnya di segmen sport.
Nah bagaimana untuk memperkenalkan teknologi injeksi di varian bebek? Menurut analisa awam EYD, lebih tepat jika diperkenalkan melalui segment bebek sport. Bisa dibayangkan jika Jupiter MX dibenamkan injeksi, Satri FU diberi varian injeksi, dan CS1 dibenamkan injeksi. Namun yang EYD sebut terakhir, sepertinya perlu dirombak dari sisi desain, kembalikan ke spesies aslinya ayam jago 😀 Bagaimana penerimaan konsumen terhadap ketiga motor itu nantinya? EYD optimis akan sangat mudah diterima pasar, dibanding teknologi injeksi diperkenalkan di segment bebek low end.
Lantas untuk segment skutik bagaimana? EYD beropini lebih tepat jika diperkenalkan pada segment skutik 125cc dengan fitur bagasi luas. Untuk desain bisa mengacu ke skutik premium seperti PCX atau Suzuki Burgman.
Last nantinya jika secara kuantitas motor-motor injeksi di atas sudah berseliweran banyak, barulah ATPM bisa menurunkan level menggelontorkan varian injeksi merata di semua segment. Dengan demikian masyarakat lebih mudah karena sudah terbiasa dengan namanya injeksi. Silahkan dikomentari.
Leave a Reply