Menguasai teknik berkendara yang baik saja belum cukup, jadilah pengendara yang bertanggung jawab

untuk alasan privasi, wajar Ibu Sri saya samarkan

Halo Biker, setiap kali mendengar sebuah kecelakaan di jalan raya, terlintas bayangan trauma karena pernah mengalaminya, terpikir untuk “ogah lagi” mengalami hal yang sama dan juga terpikir sebuah penyesalan kenapa hal itu sampai terjadi. Karena memang yang namanya kecelakaan itu selalu menyebabkan kerugian pihak-pihak yang terlibat baik itu si pelaku maupun korban kecelakaan, sama-sama rugi.

Bahkan tanpa memandang golongan, kecelakaan dapat menyebabkan pemiskinan orang yang mengalaminya, entah itu karena biaya ganti rugi, karena cacat seumur hidup ataupun biaya operasi yang mungkin bagi sebagian orang itu langsung menghancurkan aset yang dikumpulkan bertahun-tahun selama ini.

Elang sengaja memberikan gambaran pahit di awal tentang kengerian efek dari sebuah kecelakaan agar kita aware. Lalu apa sikap yang harus dilakukan agar terhindar dari sebuah kecelakaan di jalan raya?

Safety riding? Rasanya masih belum cukup, dan perlu dipahami bahwa safety riding hanya merupakan upaya-upaya pencegahan di awal, contoh sobat belajar safety gear akan kesadaran memakakai helm, ini adalah upaya pencegahan dari efek yang lebih parah ketika nanti terjadi gesekan atau benturan. Perhatikan kalimatnya, ketika terjadi benturan atau gesekan, artinya sudah terjadi kecelakaan dulu baru safety gear tersebut berguna mengurangi efek kerusakan yang lebih parah. Padahal esensinya bukan itu.

Safety riding katanya untuk memahami teknik berkendara yang benar, disini Elang mau menyampaikan, paham betul atau mahir menguasai teknik berkendara yang benar belum jaminan untuk seseorang terhindar dari sebuah kecelakaan. Kenapa? Jawabannya ada di sikap, betapa banyak orang yang mahir berkendara dengan benar bahkan menyandang titel instruktur safety riding ternyata mengalami juga yang namanya kecelakaan di salah satu momen.

Contoh gambaran sederhana, sudah tau bahayanya menyalip di tikungan, namun pengetahuannya itu hanya sebatas teori yang tak meresap ke dalam diri. Contoh kasus, di salah satu spot ada pengendara ibu-ibu berada di tengah jalan di tikungan, lalu sebut saja si Budi karena gak sabar main salip aja padahal ada blindspot di tikungan. Tak sadar ada kendaraan lain melesat dari lawan arah langsung membuat kaget Budi dan memaksa dia banting setang kembali ke jalurnya, tapi sayang si Ibu-ibu kaget karena jalurnya dipotong secara tiba-tiba di tikungan dan si Ibu ngerem mendadak. Hasilnya si Ibu-ibu terjatuh sementara si Budi selamat.

Walau ceritanya selamat, tapi si Budi secara harfiahnya adalah sudah terlibat dalam sebuah kecelakaan, karena dia adalah pelaku penyebab terjadinya kecelakaan.

Jadi via tulisan ini Elang mau sampaikan, jago riding skill dan mengenakan safety gear lengkap saja belum cukup untuk kita terhindar dari sebuah kecelakaan. Perlu sikap, mental dan moralitas pengendara yang bertanggung jawab, bertanggung jawab terhadap diri sendiri, sesama pengguna jalan dan tanggung jawab terhadap keluarga yang ada di rumah. Insyallah jika di dalam diri setiap pengendara di jalan raya punya rasa tanggung jawab, setiap keputusan yang diambil di jalanan adalah selalu memikirkan keamanan dan keselamatan bersama.

Jika sudah tertanam rasa tanggung jawab dalam diri, barulah akan mudah untuk meningkat 1 level lagi belajar bagaimana caranya berkendara dengan penuh antisipasi dengan berbagai kondisi (defensive riding). Sudah banyak tulisan-tulisan tentang prosedur defensive riding di blog ini, silahkan sobat baca-baca untuk menambah referensi.

2 Komentar

  1. mau tanya nih kang, tp diluar tema…
    Jenengan kan termasuk suka dg high speed, kenapa gigi rasio new mx-nya ndak di ganti aja dg faito atau CMS, kan tinggal pasang plekk, kan delivery power bisa lebih merata dn tmbah speednya?

    • High speed gak selalu, hanya kalau lagi mood aja ngeliat jalanan kosong lebar.

      Btw saya pernah ganti sproket belakang 36 (punya Jupiter Z) top speed nambah 5 kpj, tapi karena akselerasi di tanjakan jadi payah apalagi sering boncengan akhirnya balikin lagi ke standar

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*