Menerawang Faktor Pendorong Jiwa Alay Remaja dalam Berkendara

Pembaca sekalian, semua dari kita pasti pernah melewati masa-masa remaja dulu. EYD masih teringat di kelas 1 SMK, EYD sudah mulai bisa belajar naik sepeda motor GL Pro.

Ya, masa remaja adalah masa tahapan menuju dewasa yang sedang mencari jati diri ingin menjadi apa. Kebanyakan gaya hidup anak remaja masih mencontoh, meniru-niru tokoh, pujaan dan lain-lainnya dalam segala hal. Contoh dalam masalah sikap berkendara remaja menyukai mencontoh gaya-gaya pembalap pada eranya. Wawasan remaja bahkan belum terlalu cukup untuk mengetahui bahwa membalap itu ada tempatnya, bukan di jalanan.

Dalam jiwa remaja tertanam ego yang kuat untuk menampilkan siapa dirinya, istilahnya “ini loh gue”, “liat gue bisa begini”, “gue keren kan”. Karena sifat dasar ini wajar saja remaja yang diberi fasilitas sepeda motor menyalurkan egonya dengan memodif sepeda motor semaksimal mungkin guna bisa kelihatan “lebih”dan lain dari teman-temannya. Lagi-lagi wawasan mereka belum cukup untuk mengetahui sisi-sisi komponen motor yang mendukung segi keamamanan berkendara. Dengan bangganya mengganti velg ban standar menjadi versi ban cacing (aka ban kecil), mencopot spion karena dinilai mengurangi kekerenan tampilan motornya, mengganti knalpot standar dengan knalpot freeflow agar mempertegas “ini loh gw mo lewat”.

Jangan berharap kalangan remaja yang belum tercerahkan ini mau memakai helm fullface, helm half face saja mereka ogah dengan alasan ingin terlihat mukanya di sekeliling jalan, rambutnya takut awut-awutan kalau pakai helm, dsb.

EYD dulu teringat betapa bahagianya dulu ngapelin cewek bisa mengendarai GL Pro tanpa menggunakan helm + jaket. Wih ada rasa pamer, sombong, sok keren semua bercampur menjadi satu ketika berjalan sepanjang perjalanan.

Lalu masalah kebut-kebutan di jalanan yang dilakukan remaja, balik lagi seperti uraian EYD sebelumnya, remaja masih suka mencontoh pembalap pujaan, ingin menunjukkan “ini loh gw paling cepet”. Wawasan mereka belum sampai bisa memikirkan bagaimana bila cilaka, bagaimana kalau jatuh, bagaimana kalau orang terserempet, dll.

Kurangnya wawasan dan pengalaman berkendara yang santun dan aman lebih dikarenakan salahnya pergaulan. Komunitas blogger roda dua khususnya perlu adanya tindakan nyata mensosialisasikan safety riding ke remaja-remaja, EYD mengapresiasi komunitas Jatimotoblog beberapa waktu lalu melakukan aksi nyata sosialisasi safety riding ke sekolah. Tidak hanya safety riding yang ditekankan, namun sajian materi “ayo ngeblog” EYD nilai cukup positif. EYD coba membayangkan bagaimana jika kebanyakan remaja yang sudah melek internet menyalurkan bakat hobinya ke sebuah blog ketimbang kebut-kebutan tak menentu, pasti wawasan dan ilmu remaja bisa lebih terarah.

Lalu bagaimana kita selaku orang tua bersikap dengan anak-anak yang memasuki usia remaja. Kita selaku orang tua harus sejak dini mengajarkan tentang keselamatan berkendara secara nyata dari dalam keluarga dulu. Menurut EYD jika anak belum 17 tahun (SMU/SMK) jangan diberi fasilitas motor, lebih baik segala urusan transportasi bisa diantar atau diarahkan naik kendaraan umum. Beri contoh penggunaan helm secara intensif, walau hanya sekedar keluar dari rumah yang berjarak ratusan meter, tekankan penggunaan helm.

Last masih banyak kiat-kiat untuk membentuk karakter remaja bisa lebih santun dan safety dalam berkendara. Semuanya berangkat dari pendidikan keluarga. Di lain artikel akan dibahas gimana dengan pengendara alay yang sudah dewasa?? 😀 Stay in touch

2 Komentar

  1. sudah selayaknya saat ini departemen terkait dalam hal ini DIKNAS, menerapkan curiculum pengetahuan seputar lalulintas & safety ridding dengan tujuan menekan “ke egoan” jiwa muda temen-temen muda kita, POLRI & DEPHUB pun jangan tinggal diam menyingkapi masalah tersebut. dukung kampanye “SAFETY INDONESIA”

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*