Hari kedua, test harian Honda CBR250RR dengan boncengan, gimana impresi pembonceng?

test harian Honda CBR250RR dengan boncengan

Halo Biker, berbicara riding sehari-harinya, Elang termasuk dominan kemana-mana selalu bersama nyonya, gak terkecuali dengan Honda CBR250RR ini. Di hari kedua ini Elang jadwalkan bikin video demo latihan safety riding di Lapangan Terbang Pondok Cabe (Rifat Drive Labs) bersama motor Honda CBR250RR. Kebetulan nyonya mau ikut, ya udah diajak aja, sekalian Elang pengen tau gimana impresi sebagai pembonceng kalau diajak riding pake motor ini.

Sekilas tentang nyonya, dia sudah pernah merasakan impresi berboncengan dengan motor sport fairing 250cc dual silinder lainnya. Jadi kali ini lebih gampang tinggal membandingkannya gimana dengan CBR.

Akibat setang under yoke, memang posisi pembonceng dan rider jadi lebih jauh, terlihat seperti ada space signifikan antara keduanya, dan posisi jok pembonceng cenderung lebih tinggi dari rider sehingga pembonceng dipaksa ikut menunduk. Nampaknya untuk pasangan biker CBR250RR ini si rider mesti dibekali tas ransel buat mengisi celah space yang ada sekaligus buat pegangan bagi pembonceng 😀

Posisi boncengan cbr250rr

Nah gimana impresi nyonya dengan Honda CBR250RR ini? Hal pertama yang dikomentari adalah suaranya sob. Asli nyonya suka banget dengan raungan suara knalpotnya yang menggelegar bin mengintimidasi. Mungkin nyonya sudah bosen dengan suara MX Strada yang senyap selama ini 😀 Dan nyonya pun berkomentar dibanding R25 katanya CBR250RR lebih asyik suaranya.

Bagi rider sendiri dalam hal ini Elang pribadi, ketika Honda CBR250RR dibebani pembonceng, feelnya langsung ada tekanan di selangkangan atau pangkal paha. Lagi asyik-asyiknya geber di mode Sport+ yang memanjakan adrenalin, ketika harus hard braking beuh rasa tekanan dari belakang cukup membuat selangkangan pedas-pedas gimana gitu, kudu rajin-rajin pindah bokong ke samping dan ke belakang agar selangkangan menjauh dari tangki.

Gimana dalam kondisi macet-macetan bersama boncengan, motor yang sejatinya buat track oriented ini makin gak nyaman dipake lama-lama bermacet ria. Dengan tinggi badan 165 cm memang serba salah atur posisi nyaman kalau berboncengan ditengah macet. Ketika tangan dicoba dibuka menyiku agar lebih rileks, eh selangkangan otomatis maju menyentuh tangki yang + tambahan dorongan pembonceng setiap kali melakukan pengereman. Kalau badan digeser mundur menjauh dari tangki, akibatnya posisi tangan gak bisa menyiku alias lurus, ini tentu bikin cepat pegal di area bahu dan pergelangan tangan.

Posisi boncengan cbr250rr

Kurang lebih begitulah kalau motor race oriented dipakai berboncengan dipakai buat aktivitas harian pula. Makanya gak heran banyak owner Honda CBR250RR langsung memodifikasi jok belakang menjadi single seater, tujuannya jelas biar gak ada yang teman/keluarga yang numpang nebeng, karena ya begitu, kenikmatan berkendaranya jadi berkurang begitu dibebani pembonceng.

Oke 2 artikel pengenalan riding experience bersama Honda CBR250RR begitu dulu, next kita ke ulasan selanjutnya tentang review fitur dan performa motor ini sesungguhnya, tapi dalam konteks pemakaian harian ya, stay tuned.

3 Komentar

  1. Judul artikel: “….., gimana impresi pembonceng?”
    Saya kok cuma nemu impresi thd suara knalpot, sisanya cuma “curcol” sang rider saat ada pembonceng…….. 😀

    • Efek excited menjinakan CBR buat harian, sampe lupa menempatkan inti paragraf dimana 😀

      Saya tambahkan impresi dari nyonya nih, joknya keras, posisi juga agak nungging bingung cari pegangan kalau rider gak bawa tas, nyiprat kalau hujan (udah pasti) tapi anehnya nyonya malah suka dengan karakter tenaga CBR250RR yang liar (Sport+)

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*