Manajemen Waktu Berkendara

Manajemen waktu berkendara

Postingan kali ini menimpali postingan dari yang punya warung di sini. Saya setuju sekali dengan postingan itu, karena berkendara apapun itu mobil, motor, ataupun bis umum, kendaraan yang kita naiki atau kendarai tentunya adalah bukan mesin waktu. Terlambat bersiap diri, tidak bisa ditebus dengan skill berkendara! Dalam kondisi jalan yang sama, bedanya antara kita ngebut dengan berkendara santai saja berapa menit sih? Sementara saat berkendara dengan ngebut atau terburu-buru tentu memperbesar resiko berkendara, resiko yang sebetulnya tidak perlu. Belum lagi gara-gara terburu-buru kita juga membahayakan sesama pengguna jalan lainnya.

Kalau memang betul atas alasan emergency, misal hidup dan mati saya bisa mengerti. Tapi kalau alasannya tiap hari takut telat cuman karena macet, lalu terburu-buru, berarti ada yang salah dalam mengatur waktu. Saya sulit menerima alasan klasik seperti telat bangun, lha sudah besar kok masih nggak bisa bangun pagi teratur? Bisa beli alarm? Tidur malamnya lebih awal kalih? Atau jalanan macet karena hujan? Hmmm lagi-lagi sulit diterima, kalau macet kemudian jalanan banjir (genangan), ya sudah mau gimana lagi. Tapi terlambat karena hujan saja tentu sulit diterima.

Manajemen waktu berkendara
datang lebih awal bisa memilih parkir dimana saja

Kuncinya cuman pembiasaan ritme. Banyak manfaat ketika bisa membiasakan diri bangun pagi kemudian berangkat kerja lebih awal, jalanan tentu lebih kosong, waktu tempuh menjadi lebih singkat. Saya sendiri kalau berangkat naik mobil jam 6:00 pagi, sampai di parkiran fX Senayan sekitar 6:30. Serius sejak ada flyover baru, waktu tempuh perjalanan ke kantor cuman 30 menit, itu naik mobil lho, amazing kan. Sampai di parkiran saya tentu bisa pilih tempat manapun yang saya suka, bisa dekat pintu naik orang, dekat juga dengan ramp naik. Kalau datang siang, tentu bisa putar-putar dulu cari parkiran. Kalau naik mobil saya bisa sampai di kantor jadi orang yang pertama, beberapa pekerjaan bisa saya selesaikan karena belum di “ganggu” orang. Tentunya saya pun lebih fokus dan tenang. Dengan berkendara masih kosong pun, konsumsi bahan bakar tentunya lebih irit, efisien.

Manajemen waktu berkendara

Jika naik motor saya pilih jalan yang lain, karena gedung parkirnya juga beda, saya bisa berangkat 6:45, sampai di kantor sekitar 7:45, durasi berkendara lebih lama yaitu 60 menit.  Kalau naik motor kondisi jalan pagi yang masih senggang tentu juga sangat terasa, jalanan tidak begitu rusuh, udara masih segar, malah bisa sedikit dingin-dingin pagi, semakin siang tentu semakin panas. Dengan berangkat pagi, tidak banyak energi terbuang, badan tidak begitu berkeringat.

Mari janji bangun pagi!

(Saranto)

3 Komentar

  1. Yah mas macet di Jakarta itu kan memang karena manajemen waktunya pada berantakan semua….dan udah tau begitu ya tetep pada gak mau belajar makanya makin macet-cet….tapi artikelnya bagus meski yg jadi biang telat tetep gak akan mbaca….

  2. kalau di kota besar alasannya macet-macetan, sedangkan didaerah laluntas terbilang lancar tapi tetap ada budaya ngebut & telat, btw ini Om Arantan yang bikin artikelnya ?

1 Trackback / Pingback

  1. Om Arantan Is Back | Ndesoedisi

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.


*